Algoritma Routing
Algoritma
routing adalah bagian algoritma dari perangkat lunak network
layer yang bertanggung jawab
untuk menentukan jalur mana yang menjadi jalur transmisi paket. Jika
subnet tersebut menggunakan datagram secara internal, keputusan ini
harus selalu dibuat setiap kali paket data datang. Tetapi, jika
subnet
tersebut menggunakan rangkaian virtual secara internal , keputusan
routing
ini hanya akan dibuat pada waktu penetapan rangkaian virtual yang
terbaru. Sesudah itu, paket data tinggal mengikuti rute yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Setiap algoritma routing
memiliki sifat-sifat seperti kebenaran, kesederhanaan, kekokohan,
kestabilan,kewajaran, dan optimalitas. Algoritma routing
harus dapat menyesuaikan diri atau bertahan terhadap
perubahan-perubahan dalam topologi dan lalu lintas data.
Untuk mencari rute dengan biaya minimum,
dapat digunakan dua metode yaitu metode forward
search agorithm dan backword
search algorithm.
2.1.1.Forward Search Algorithm
Forward Search Algorithm digunakan
untuk menentukan jarak terpendek dari node awal yang ditentukan ke
setiap node yang ada. Algoritma diungkapkan dalam stage. Dengan k
buah jalur terpendek node k terhadap node sumber ditentukan.
Node-node ini ada dalam himpunan N. Pada stage ke (k+1), node yang
tidak ada dalam M yng mempunyai jarak terpendek terhadap sumber
ditambahkan ke M. Sebagai sebuah node yang di tembarvkan dalam M,
maka jalur dari sumber menjadi terdefinisi (Gambar 5.4). Algoritma
ini memiliki 3 tahapan:
-
Tetapkan M={S). Untuk setiap node neN-S, tetapkan C1(n)=1(S,n).
-
Cari WeN-M sehingga C1(W0 minimum dan tambahkan ke M. Kemudian C1 (n) = MIN[C1(n), C1(W) + 1(W,n) untuk tiap node neN-M. Apabila pernyataan terakhir bernilai minimunv, jalur dari S ke n sebagai jalur S ke W menotong Jink dari W ke n.
-
Ulang langkah 2 sampai M=N. Keterangan:
-
N = himpunan node dalam jaringan
-
S = node sumber
-
M = himpunan node yang dihasilkan oleh algoritma
-
1 (I,J) = link cost dari node I sampai node ke }, biaya bernilai > jika node tidak secara langsung terhubung.
-
C1(n) = biaya daru jalur biaya terkecil dari S ke n yang dihasilkan pada saat algoritma dikerjakan.
Untuk memperjelas dari penggunaan forward
search algorithm, perhatikan
Gambar.4 yang menjelaskan rute jaringan yang menghubungkan 6 titik
(node).
Gambar .4
Rute Jaringan
Pada 6 Titik
Dengan menggunakan S=1 dan berdasarkan
gambar diatas, diperoleh hasil dari forward
search algorithm yang tertuang
pada Gambar 5.5.
Gambar .5
Hasil Forward Searc Algoritm
2.1.1.Backward Search Algorithm
Digunakan untuk menentukan jalur biaya
terkecil yang diberikan node tujuan dari semua node yang ada (Gambar
5.6). Algoritma ini juga diproses tiap St&ge.
Pada tiap stage,
algoritma menunjuk masing-masing node.
Devinisi yang digunakan:
-
N = Himpunan node yang terdapat pada jaringan
-
D = node tujuan
-
1(i,j) = seperti keterangan diatas
-
C2(n) = biaya dari jalur biaya terkecil dari n ke D yang dihasilkan saat algoritma dikerjakan.
Algoritma ini juga terdiri dari 3 tahapan:
-
Tetapkan C2(D)=0. Untuk tiap node neN-D, tetapkan C2(n)=8.
-
Untuk tiap node neN-D, tetapkan C2(n)=MIN WN[C2(N), C2(W) + 1(n,W)]. Apabila pada pernyataan terakhir bernilai minimum, maka jalur dari n ke D saat ini merupakan link dari n ke W dan menggantikan jalur dari W ke D.
-
Ulangi langkah ke-2 sampai tidak ad cost yang berubah.
Gambar 5.6 berikut ini adalah hasil
pengolahan Gambar 5.4 dengan D=1.
Gambar .6
Hasil Backward Search Algoritm
2.2 Strategi Routing
Dalam
mencari rute bagi paket yang dikirim dari komputer sumber ke komputer
tujuan ada beberapa strategi yang dipakai. Strategi itu meliputi
fixed routing, flooding, random routing, dan adaptive routing.
2.2.1 Fixed Routing
Merupakan
cara routing yang paling sederhana. Dalam hal ini rute bersifat tetap
atau paling tidak, rute hanya diubah apabila topologi jaringan
berubah. Gambar 5.7 berikut (mengacu dari Gambar 5.4) memperlihatkan
bagaimana sebuah rute yang tetap dikonfigurasikan.
Gambar .7
Direktori Untuk Fixed Routing
Kemungkinan rute yang bisa
dikonfogurasikan, dirunjukkan pada Gambar .8 sebagai berikut:
Gambar .8
Direktori Untuk Masing-Masing
Node
Tabel pada Gambar 5.8 disusun berdasarkan
rute terpendek dengan menggunakan least-cost algorithm. Sebagai misal
direktori node 1. Dari node 1 untuk mencapai node 6, maka rute
terpendek yang bisa dilewati adalah rute dari node 1,4,5,6. Maka pada
tabel direktori node 1 dituliskan destination = 6, dan next node = 4.
Keuntungan konfigurasi dengan rute tetap
semacam ini adalah bahwa konfigurasi menjadi sederhana. Penggunaan
sirkuit aya atau datagram tidak dibedakan. Artinya semua paket dari
sumber menuju titik tujuan akan melewati rute yang sama . kinerja
yang bagus terdapat apabila beban bersifat tetap. Tetapi pada beban
yang bersifat dinamis, kinerja menjadi turun. Sistem ini tidak
memberi tanggapan apabila terjai error maupun kemacetan jalur.
2.2.2 Flooding
Teknik routing yang lain yang dirasa
sederhana adalah flooding. Cara kerja teknisi ini adalah mengirimkan
paket dari suatu sumber ke seluruh node tetangganya. Pada tiap ode,
setiap paket yang datang akan ditransmisikan kembali ke seluruh link
yang dipunyai kecuali link yang dipakai untuk menerima paket
tersebut. Mengambil dari contoh yang sama, sebutlah bahwa node 1 akan
mengirimkan paketnya ke node 6. Pertama kali node 1 akan mengirimkan
paket ke seluruh tetangganya, yakni ke node 2, node 4 dan node 5
(Gambar 5.9).
Selanjutnya operasi terjadi pada node 2,
node 3 dan node 4. Node 2 mengirimkan paket ke tetangganya yaitu node
3 dan node 4. Sedangkan node 3 meneruskan paket ke node 2, node 4,
node 5 dan node 6. Node 4 meneruskan paker ke node 2, node 3, node 5.
Semua node ini tidak mengirimkan paket ke node 1. Ilustrasi tersebut
digambarkan pada Gambar 5.10.
Gambar 5.9
Hop Pertama
Gambar 5.10
Hop Kedua
Pada saat ini jumlah salinan yang
diciptakan berjumlah 9 buah. Paket-paket yang sampai ketitik tujuan,
yakni node 6, tidak lagi diteruskan. Posisi terakhir node-node yang
menerima paket dan harus meneruskan adalah node 2, node 3, node 4,
node 5. Dengan cara yang sama masing-masing node tersebut membuat
saiman yang memberikan dan ke node tetangganya. Pada saat ini
ainasilkan salinan sebanyak 22 (lihat Gambar 5.11).
Gambar 5.11
Hop Ketiga
Terdapat dua catatan penting dengan
penggunaan teknik flooding ini, yaitu:
-
Semua rute yang dimungkinkan akan dicoba. Karena itu teknik ini memiliki keandalan yang tinggi dan cenderung memberi rioritas untuk pengiriman-pengiriman paket tertentu.
-
Karena keseluruhan rute dicoba, maka akan muncul paling tidak satu buah salinan paket dititik tujuan dengan waktu paling minimum. Tetapi hal ini akan menyebabkan naiknya beban lalu lintas yang pada akhirnya menambah delay bagi rute-rute secara keseluruhan.
2.2.3 Random Routing
Prinip utama dari teknik ini adalah sebuah
node
memiliki hanya satu jalur keluaran untuk menyalurkan paket yang
datang kepadanya. Pemilihan terhadap sebuah jalur keluaran bersifat
acak. Apabila link
yang akan dipilih memiliki bobot yang sama, maka bisa dilakukan
dengan pendekatan seperti teknik round
robin.
Routing
ini adalah untuk mencari probabilitas untuk tiap-tiap outgoing link
dan memilih link
berdasarkan nilai probabilitasnya. Probabilitas bisa dicari
berasarkan data rate, dalam kasus ini didefinisikan sebagai berikut:
Dimana:
Pi = probabilitas pemilihan i
Rj = data rate pada link j
Pi = probabilitas pemilihan i
Rj = data rate pada link j
Penjumlahan dilakukan untuk keseluruhan
link outgoing. Skema seperti ini memungkinkan distribusi lalu lintas
yang baik. Seperti teknik flooding, random routing tidak memerlukan
informasi jaringan, karena route akan dipilih dengan cara random.
2.2.4 Adaptive Routing
Strategi routing yang dibahas di depan,
tidak mempunyai reaksi terhadapperubahan kondisi yang terjadi didalam
suatu jaringan. Untuk itu pendekatan dengan atrategi adaptif
mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan beberapa hal di
atas.
Dua hal yang penting yang menguntungkan
adalah:
-
Strategi routing adaptif dapat meningkatkan kinerja seperti apa yang diinginkan user.
-
Strategiadaptif dapat membantu kendali lalu lintas.
Akan tetapi, strategi ini dapat menimbulkan
beberapa akibat, misalnya:
-
Proses pengambilan keputusan untuk menetapkan rute menjadi sangat rumit akibatnya beban pemrosesan pada jaringan meningkat.
-
Pada kebnyakan kasus, strategi adaptif tergntung pada informasi status yang dikumpulkan pada satu tempat tetapi digunakan ditempat lain. Akibatnya beban lalu lintas meningkat.
-
Strategi adaptif bisa memunculkan masalah seperti kemacetan apabila reaksi yang terjadi terlampau cepat, atau menjadi tida relevan apabila reaksi sangat lambat.
3. kemacetan
Bila terlalu banyak paket yang berada di
dalam subnet,
maka unjuk kerja jaringan akan mengalami penurunan (Gambar 5.12).
situasi seperti ini disebut keacetan (congestion).
Bila jumlah paket yag mengalir ke dalam subnet
daru host masih berasa dalam daya tampungnya, paket-paket tersebut
seluruhnya akan dihantarkan. Jumlah paket yang dihantarkan
proporsional dengan jumlah paket yang dikirimkan. Akan tetapi dengan
semakin meningkatnya lalu lintas, router
tidak mampu lagi menangani paket yang datang dan router
akan memulai kahilangan paket.
Gambar .12
Kemacetan
Kemacetan bisa disebabkan oleh beberapa
faktor. Bila semuanya terjadi dengan tiba-tiba , aliran paket yang
datang pada tiga atau empat saluran input dan semuanya memerlukan
saluran output yang sama, maka antrian mulai membesar. Bila tidak
terdapat memori yang cukup untuk menampung seluruh antrian, maka
paket akan hilang.
Proses yang lambat juga dapat menimbulkan
kemacetan. Bila CPU router lambat dalam melakukan tugas yang
diperlukan, antrian akan menjadi semakin panjang. Permasalahan yang
serius yang diakibatkan efek congestion adalah deadlock, yaitu suatu
kondisi dimana sekelompok node tidak bisa meneruskan pengiriman paket
karena tidak ada buffer yang tersedia. Trknik deadlock avoidance
digunakan untuk merancang jaringan sehingga deadlock tidak terjadi.
Bentuk deadlock yang paling sederhana
adalah direct store-and-forward deadlock. Pada Gambar 5.13
memperlihatkan situasi bagaimana antara node A dan node B
berinteraksi di mana kedua buffer penuh dan deadlock terjadi.
Gambar .13
Direct store and forward deadlock
Bentuk deadlock kedua adalah indirect
store-and-forward eadlock (Gambar 5.14). hal ini terjadi tidak pada
sebuah link tunggal seperti bentuk deadlock di atas. ^pada tiap node,
antrian yang ditujukan untuk node terdekatnya bersifat searah dan J
menjadi penuh.
Gambar .14
Inderect stote and forward
deadlock
Bentuk deadlock yang ketiga adalah
reassembly deadlock. Situasi ini digambarkan pada Gambar 5.15 dimana
node C memiliki 4 paket terdiri dari paket 1 tiga buah dan sebuah
paket 3. Seluruh buffer penuh dan tidak lagi menerima paket baru.
Gambar .15
Reassembly deadlock
[ baca berikutnya > INTER NETWORKING >
Silahkan berkomentar dengan sopan sesuai topik yang dibahas. Mohon tidak meninggalkan URL. Silahkan berkomentar dengan sopan serta sesuai topik dan dimohon untuk tidak meninggalkan link aktif.
Terima Kasih.
EmoticonEmoticon